Asal Muasal Es Buto Ijo Dari Kediri
NAMANYA
es buto ijo, asli dari Kota Kediri. Bila baru mendengarnya tentu
penasaran dengan nama yang sangar dan terkesan mengerikan. Penasaran?
Langsung saja datang ke pasar Bandar, Jalan Kiai Ahmad Dahlan Kota
Kediri. Penjual es buto ijo bernama Mas Roni dan istrinya, MbakYayuk.
Kisah Mas
Roni, nama es ini diambil dari panggilan keseharian ibunya. Karena nama
ayahnya Mas Roni itu Jito, otomatis ibunya dipanggil Bu Jito atau Bu To.
Lalu kata ijo diambil dari bahasa Jawa yang berarti hijau. Nama es
tersebut ternyata cukup membuat masyarakat setempat penasaran dan
tertarik membelinya.
Karena
penjualan es Buto Ijo semakin meningkat maka Mas Roni membuka banyak
outlet atau cabang. Outlet yang pernah saya kunjungi dulu ada di Jalan
Jenderal Sudirman, Kota Pare. Kini outletnya sudah sampai keluar kota
dan bahkan luar provinsi. Seperti Jombang, Blitar, Tulungagung, Nganjuk,
Malang, Surabaya, dan Semarang.
Sabtu
(4/10) lalu saya sempat berwisata ke Kota Batu Malang. Siang itu, Kota
Batu yang biasanya dingin terasa panas karena matahari cukup terik. Nah,
di Batu saya bertemu es Buto Ijo ini di Jalan Dewi Sartika, depan pintu
keluar pasar Besar Kota Batu. Harga seporsi es ini Rp 4.000, cukup
untuk mengobati dahaga.
Komposisi
es buto ijo relatif sama dengan es buah pada umumnya. Hanya saja cara
penyajiannya yang lebih menarik. Berisi melon, blewah, kolang-kaling,
mutiara, biji selasih, sari kelapa, puding, dan es serut. Semua bahan
dicampur, diberi susu kental manis dan diguyur kuah hijau muda.
Warna
hijau berasal dari daun pandan. Sehingga es ini aman dan sehat karena
tanpa bahan pewarna buatan. Rasanya manis dan segar. Apalagi dinikmati
pas cuaca panas, rasanya semakin nikmat. Saat menyeruputnya, tubuh
serasa melayang. Dijamin rasanya memuaskan meski namanya mengerikan!